Aishiteru, Sensei!

Screenshot_2017-08-10-11-07-25-1.pngUntuk pertama kalinya aku jauh dari kedua orang tuaku, ku beranikan diri meninggalkan mereka demi impian yang harus ku kejar.
Sungguh aku pasti akan merindukan mereka, Ayah, Ibuk, Dek Arga…dan dia….guruku sekaligus cinta pertamaku.
Dan ini adalah tentang dia. Cinta pertamaku!
Masih dapat ku ingat dengan jelas saat pertama kali bertemu dengannya. Hari pertamaku masuk les bahasa Jepang intensive private yang dimulai dari pukul 9 pagi hingga pukul 4 sore, terkecuali dihari Jumat ada kelas khusus yang mana akan digabung dengan siswa lainnya untuk mempelajari budaya dan kanji Jepang. Pada awalnya aku pernah merasa tidak nyaman lantaran ku nilai ia merupakan guru yang cukup cuek pada hal apapun termasuk padaku. Tapi entah berawal dari mana aku tiba-tiba tertarik untuk memperhatikannya, ku perhatikan dalam diam ia orang yang rajin pergi ke masjid untuk menunaikan sholat fardhu. Padahal di gedung iu tersedia sarana untuk sholat bagi pegawai dan siswanya. Satu lagi kebiasaan yang selalu ku ingat, ia selalu mengingatkanku untuk mengambil helm motor yang selalu kulupakan saat hendak pulang. Dan puncaknya saat aku bertemu secara tak sengaja disebuah acara penyantunan anak yatim piatu, ku lihat ia berdiri tegak di depan tengah berpidato, aku terperanggah, tidak lebih tepatnya aku terpesona. Diam-diam kuselidiki lewat pengurus panti secara tidak langsung. Dan ternyata dia merupakan donatur terlama di panti tersebut. Entah kenapa bulu kudukku seketika merinding. Semakin hari aku semakin dibuatnya terpesona akan tingkah kesehariannya. Jujur saja untuk pertama kalinya aku merasakan jantungku seakan mau lepas saat dia entah sengaja atau tidak menatapku, aku pasti salah tingkah. Dia adalah pria pertama yang mampu mengingatkanku akan hakekatnya manusia diciptakan di dunia ini.
“Tak ada kata lain selain untuk beribadah. Dan pengertian dari ibadah sendiri sangat luas. Menolong sesama misalnya, berbakti kepada orang tua atau mencintai sesama ciptaan-Nya…” begitu katanya yang kala itu tak sengaja pembicaraan kami merembet diluar pelajaran.
Awalnya ku kira aku hanya terpesona saja, tapi sepertinya tidak. Aku mulai berani menyebutnya dalam doaku, apakah itu salah? Hatiku juga mulai  gelisah jika jarum jam telah menunjukkan pukul 8.30 namun ia tak menampakkan batang hidungnya, atau saat ia tak bisa mengajarku dan digantikan oleh guru lainnya. Apakah aku benar-benar telah jatuh cinta padanya? Mencintai guruku yang jelas jauh lebih tua dariku? Apakah benar adanya, bahwa cinta tak pandang usia…? Ketika aku bercerita pada Andin sahabatku, ia membenarkan.
“Ya..! Itu namanya kau sudah terkena panah asmaranya, Nin…haha!” ia terbahak-bahak, sementara aku dengan wajah seperti kepiting rebus melemparkan bantal hello kitty ke arah Andin.

Dan kemarin!
Hari dimana aku akan pergi ke Jepang, ia terberlarian mencariku di bandara. Menunjukkan sesuatu yang sungguh diluar dugaanku.
Sebuah lingkaran emas dan memo ‘Atode kekkonshimashouka!!’ dalam tulisan bahasa Jepang yang artinya Maukah kau menikah denganku nanti? terselip di dalam kotak berwana pink yang ia sodorkan untukku.
Lagi, aku terperangah dibuatnya! Ternyata selama ini iapun memiliki rasa yang sama denganku, hanya saja ia terlalu takut untuk mengungkapkannya padaku. Katanya ia benar-benar mantap memilihku, setelah ia melakukan sholat istiqorohnya selama 2 minggu.
“Sepertinya kamu jawabanku! Tak apa jika aku harus menunggumu!” katanya di depan kedua orang tuaku. Dan kami bersepakat akan membicarakannya setelah aku tenang di Jepang.

~ 先生に愛しています
Aku mencintaimu, Sensei ~

 

#30DWC14 #DWCJilid14 #day24
#30dayswritingchallege #menulisnonstopselama30hari

Tinggalkan komentar